NEWS

Kesederhanaan Seorang Raja: Kisah Jumat Sinuwun Pakubuwono XIV

(foto tengah) SSIS Pakubuwono XIV (KGPH Hangabehi) berjalan kaki dari Sasana Mulya menuju Masjid Agung Surakarta untuk menunaikan sholat Jumat, (19/12/2025)

Melangkah dalam Sunyi, Sinuwun Pakubuwono XIV Tetap Istiqamah Berjalan Kaki Menuju Masjid Agung

Surakarta – wartakotakita.comDi tengah denyut Kota Surakarta yang kian dinamis, sebuah pemandangan sederhana namun sarat makna kembali hadir pada Jumat siang. Sahandap Sampean Dalem Ingkang Sinuwun (SSIS) Pakubuwono XIV, KGPH Hangabehi, menunaikan sholat Jumat dengan berjalan kaki dari kediamannya di Sasana Mulya menuju Masjid Agung Surakarta, Jumat (19/12/2025).

Didampingi para abdi dalem dan sentono dalem, Sinuwun melangkah perlahan tanpa iring-iringan berlebihan. Tidak ada protokoler mencolok, tidak pula jarak yang sengaja diciptakan. Yang tampak justru kesederhanaan seorang raja Jawa dalam menjalankan kewajiban spiritualnya.

Bagi masyarakat Solo, pemandangan ini bukan hal baru. Sejak lama, berjalan kaki menuju Masjid Agung telah menjadi kebiasaan Sinuwun setiap Jumat sebuah laku yang diwarisi dari para pendahulu raja Keraton Surakarta.

Laku Tirakat Seorang Raja Jawa

Dalam tradisi Keraton, berjalan kaki menuju masjid bukan sekadar rutinitas, melainkan laku tirakat. Laku untuk menundukkan diri, menyelaraskan batin, sekaligus mempertegas hubungan antara pemimpin, rakyat, dan Sang Pencipta.

Di sepanjang perjalanan, warga yang berpapasan memilih menepi dengan sikap hormat. Sebagian menundukkan kepala, sebagian lainnya menyaksikan dalam diam. Tanpa kata-kata, peristiwa ini telah berbicara banyak tentang makna kepemimpinan yang berangkat dari keteladanan.

Masjid Agung, Titik Temu Raja dan Rakyat

Masjid Agung Surakarta kembali menjadi ruang di mana sejarah dan kehidupan masa kini saling bersua. Di tempat inilah raja dan rakyat berdiri dalam satu saf, tanpa sekat status maupun kedudukan.

Sholat Jumat berlangsung khidmat. Tidak ada perlakuan khusus atau seremoni tambahan. Sinuwun menjalankan ibadah sebagaimana jamaah lainnya tenang, khusyuk, dan penuh kesadaran.

Warisan Nilai di Tengah Modernitas

Di era serba cepat, langkah kaki Sinuwun Pakubuwono XIV menyampaikan pesan yang kian relevan: bahwa nilai-nilai lama tidak pernah kehilangan makna. Kesederhanaan, keteladanan, dan kedekatan dengan Tuhan tetap menjadi fondasi kehidupan masyarakat Jawa.

Bagi Surakarta, peristiwa ini bukan sekadar rutinitas mingguan, melainkan warisan nilai yang terus hidup bukan di museum atau arsip sejarah, melainkan dalam laku nyata yang dapat disaksikan siapa saja.

Dan pada Jumat itu, di antara langkah-langkah sunyi menuju Masjid Agung, Keraton Surakarta kembali mengajarkan bahwa kebesaran sejati sering kali lahir dari kesederhanaan.

Reporter : Imam Sobirin
Editor : Warta Kota Kita

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image