NEWS

Gamelan di Tangan Remaja: Sanggar Bodronoyo Menjaga Warisan Budaya di Bedingin Sambit

Suasana latihan karawitan remaja di Sanggar Bodronoyo, Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Ponorogo, Rabu malam (24/12/2025), saat para penabuh muda tekun mempelajari gamelan sebagai upaya pelestarian budaya Jawa.

Dari Pendapa Desa, Nada Karawitan Ditanamkan Sejak Usia Muda

Ponorogowartakotakita.com - Di tengah arus budaya populer yang kian mendominasi keseharian anak muda, alunan gamelan justru terdengar hidup dari Sanggar Bodronoyo, Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. Rabu malam, 24 Desember 2025, sanggar ini kembali menggelar latihan karawitan remaja sebagai bagian dari upaya pengenalan dan pelestarian seni tradisi Jawa.

Sanggar Bodronoyo yang berdiri sejak 2007 berada di bawah asuhan Ki Purbo Sasongko, seorang pegiat seni yang konsisten menanamkan kecintaan terhadap gamelan sejak usia dini. Bagi sanggar ini, karawitan bukan sekadar bunyi dan teknik tabuhan, melainkan identitas budaya yang harus diwariskan lintas generasi.

“Gamelan adalah warisan budaya dunia yang telah diakui oleh . Ironis jika generasi muda justru tidak menggelutinya, di saat orang-orang mancanegara berlomba-lomba belajar gamelan,” tutur Ki Purbo Sasongko saat diwawancarai tim wartakotakita.com

Ia menegaskan, Sanggar Bodronoyo merasa memiliki tanggung jawab moral untuk mengenalkan gamelan kepada anak-anak remaja, sekaligus membimbing mereka agar mencintai budaya sendiri dengan kesadaran, bukan sekadar formalitas.

Latihan karawitan di sanggar ini dirancang ramah bagi pelajar. Kegiatan dilaksanakan di luar jam sekolah, sehingga tidak mengganggu proses belajar formal. Pendekatan ini membuat remaja dapat belajar seni tradisi tanpa beban, dalam suasana santai namun tetap berdisiplin.

Salah satu peserta latihan, Dika (18), mengaku antusias mengikuti pembelajaran di Sanggar Bodronoyo. Menurutnya, proses belajar dimulai benar-benar dari dasar, sehingga mudah dipahami oleh pemula.

“Senang sekali bisa belajar nabuh gamelan dari dasar, benar-benar dasar. Enaknya lagi, latihannya di luar jam sekolah dan didukung pengajar yang profesional serta mumpuni,” ungkap Dika.

Dalam proses pembelajaran, Sanggar Bodronoyo didampingi oleh pengajar Prabowo, S.Sn, yang membimbing para remaja memahami teknik tabuhan, rasa gending, hingga etika dalam karawitan. Pendekatan yang sabar dan komunikatif menjadi kunci agar anak muda merasa nyaman sekaligus bangga menekuni gamelan.

Harapan besar pun disematkan dari kegiatan ini. Sanggar Bodronoyo berharap semakin banyak anak muda yang mencintai budayanya sendiri, khususnya gamelan, tidak hanya sebagai keterampilan seni, tetapi sebagai bagian dari jati diri.

Di sebuah desa yang tenang di Sambit, Ponorogo, Sanggar Bodronoyo membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak selalu harus megah. Cukup dengan konsistensi, ketulusan, dan ruang belajar yang terbuka, gamelan tetap hidup ditabuh oleh tangan-tangan muda yang siap meneruskan denyut budaya Jawa.

Reporter : Eka Harnawa
Editor : Tim Redaksi wartakotakita.com

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image