NEWS

Bertahan Sejak 2016, Inilah Rahasia Sanggar Seni Pedalangan Pasopati

Sanggar Seni Pedalangan Pasopati di Desa Duri menjadi benteng tradisi bagi dalang dan pengrawit muda Ponorogo. 

Dibimbing langsung oleh para dalang senior, anak-anak di Ponorogo tekuni dunia wayang sejak dini

PONOROGO - WARTA KOTA KITA - Di tengah derasnya arus budaya modern, semangat melestarikan kesenian tradisional justru tumbuh kuat di Desa Duri, Kecamatan Slahung, Ponorogo. Di desa inilah berdiri Sanggar Seni Pedalangan “Pasopati”, sebuah ruang belajar budaya yang sejak tahun 2016 konsisten membina generasi muda untuk mengenal dan menguasai seni wayang kulit serta karawitan.

Sanggar ini menjadi titik harapan budaya di tengah perubahan zaman yang begitu cepat. Di pendopo yang sederhana namun penuh energi kebudayaan itu, anak-anak dari berbagai desa berkumpul setiap pekan untuk kembali menyentuh akar tradisi mereka, yang mungkin tidak lagi mereka jumpai di sekolah maupun lingkungan modern.

Ki KRT Sentho Yitno Carito memberi isyarat irama. Di balik denting gamelan yang mengalun pelan, ia menanamkan lebih dari sekadar teknik tabuhan ada laku, kesabaran, dan kesetiaan pada tradisi. Dari ruang latihan Sanggar Seni Pedalangan Pasopati di Desa Duri, Slahung, ia merawat denyut pedalangan agar tetap hidup dan berkelanjutan lintas generasi.

Dua maestro pedalangan Ponorogo, Ki KRT Sentho Yitno Carito dan Ki Joko Sembodo, menjadi penggerak utama yang menjaga api tradisi itu tetap menyala. Dengan ketekunan khas seorang guru sejati, mereka membimbing anak-anak memahami filosofi luhur wayang, teknik sabetan, hingga penggunaan suara dan dialog catur dalam pertunjukan.

Wayang bukan sekadar tontonan. Wayang adalah tuntunan hidup anak-anak ini.ujar Ki Sentho Yitno Carito


Nada Gamelan yang Tetap Mengalun, Meski Serba Terbatas

Di sisi lain pendopo, suara gamelan mengalun di bawah bimbingan dua sesepuh karawitan, Pak Soirin dan Mbah Muh.
Mereka mengajarkan anak-anak memukul saron, mengendalikan kendang, dan menyatukan ritme agar bisa mengiringi wayang dengan harmoni.

Namun di balik keindahan alunan itu, tersimpan kenyataan yang tak bisa diabaikan:
Sejak berdiri pada 2016 hingga hari ini, sanggar ini belum pernah mendapatkan bantuan fasilitas dari pihak pemerintah.

Tak ada gamelan baru yang datang. Tak ada set wayang tambahan untuk mendukung pembelajaran. Semua alat yang digunakan lahir dari swadaya, pinjaman, atau hasil perawatan tanpa pamrih dari para penggerak sanggar.

Beberapa wayang mulai lapuk. Gamelan pun banyak yang sudah tua. Namun semangat para siswa dan para pembinanya jauh lebih kuat dari segala keterbatasan itu.


Minggu Pagi yang Selalu Menghidupkan Pendopo

Ki KRT Sentho Yitno Carito membimbing anak-anak saat latihan pedalangan di Sanggar Seni Pedalangan Pasopati, Desa Duri, Kecamatan Slahung, Ponorogo. Melalui proses belajar langsung, ia menanamkan pakem pedalangan, disiplin, serta nilai-nilai budaya kepada generasi muda sebagai upaya regenerasi seni wayang. 

Setiap Minggu pagi pukul 08.00 – selesai, Pendopo Sanggar Pasopati berubah menjadi tempat yang hidup.
Anak SD, SMP, SMA, hingga warga dewasa, berkumpul membentuk lingkaran pembelajar tradisi. Tak ada paksaan, tak ada kewajiban hanya kecintaan terhadap seni yang memanggil mereka datang.

Salah satu siswa, Sanji (14 tahun), mengatakan:

“Dulu saya cuma suka nonton wayang. Setelah ikut sanggar, saya jadi tahu bahwa wayang itu bukan hanya hiburan tapi pelajaran tentang kehidupan.”


Dukungan Mengalir, Meski Bantuan Pemerintah Tak Kunjung Datang

Ki Joko Sembodo membimbing siswa saat praktik pedalangan di Sanggar Seni Pedalangan Pasopati,  sebagai bagian dari proses regenerasi dalang muda.

Para orang tua wali siswa dan tokoh masyarakat memberikan dukungan moral, logistik, bahkan ikut membantu merawat gamelan tua yang mulai aus, dan wayang yang mulai usang. Namun hingga kini, dukungan dari pemerintah baik daerah, provinsi maupun pusat belum pernah hadir dalam bentuk fasilitas nyata.

Padahal sanggar ini sudah berulang kali tampil di Festival Wayang Ponorogo, pentas desa, hingga peringatan Hari Wayang Nasional. Banyak prestasi yang diraih dari siswa sanggar ini. Setiap panggung menjadi bukti bahwa tradisi bukan hanya dilestarikan, tetapi benar-benar hidup di tangan generasi muda.

Sanggar Pasopati terus berdiri, berkembang, untuk tetap melestarikan seni budaya tradisi.


📍 Lokasi Sanggar:

Sanggar Seni Pedalangan Pasopati
Desa Duri, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

🕗 Jadwal Latihan:

Setiap Minggu pagi pukul 08.00 – selesai


Reporter : Eka Harnawa
Editor : Warta Kota Kita

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image