PAMONG WENGKER, Kenduri Tirakat Umbul Doa Hari Jadi Ponorogo 529 dan Soft Launching Museum Transit

Warta Kota Kita (EH)

Kenduri Tirakat Umbul Doa Hari Jadi Ponorogo 529

MELANGITKAN doa tepat pada malam peringatan Hari Jadi ke-529 Kabupaten Ponorogo. Acara di Pendopo Agung yang berlangsung Minggu (10/8/2025) malam itu diberi judul Kenduri Tirakatan Umbul Donga. Jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Ponorogo, para kepala perangkat daerah, pemuka agama, tokoh masyarakat, serta budayawan berkumpul untuk mengumpulkan doa bersama.

Bupati Sugiri Sancoko menyebut Kenduri Tirakatan Umbul Donga merupakan sebuah refleksi dengan doa bersama untuk kemajuan Ponorogo di masa depan. Semua yang berkumpul ikut mengumpulkan doa-doa terbaik agar Ponorogo menjadi kabupaten yang lebih hebat, beradab, dan makmur.

“Menjadi simbol persatuan antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun Ponorogo ke depan. Sebuah momentum bagi kita semua untuk bersatu serta terus bergerak maju demi terwujudnya Ponorogo yang lebih hebat dan berdaya guna,” kata Kang Giri.

Kenduri Tirakatan Umbul Donga juga bakal menjadi bagian dari tradisi baru setiap malam peringatan Hari Jadi Kabupaten Ponorogo. Pemkab Ponorogo mempercayakan pelaksanaannya kepada Pamong Wengker, wadah baru bagi budayawan, pemuka agama, pegiat tradisi, praktisi hukum, dan para pendidik.



“Kami mendapat kepercayaan langsung dari Bupati Sugiri Sancoko untuk menyelenggarakan Kenduri Tirakatan Umbul Donga. Tujuan tak lain adalah untuk memperkuat identitas Ponorogo dari sisi tradisi, budaya, keagamaan, maupun akhlak,” terang Ketua Pamong Wengker Heru Trimawan.



                         

Soft Launching Museum Transit, Bupati Sugiri Ajak Masyarakat Donasikan Benda Bersejarah


KADO manis untuk Kabupaten Ponorogo di Hari Jadi ke-529 berupa soft launching Museum Transit. Lokasinya berada di gedung eks Pusdalops yang kini disiapkan menjadi “rumah” sementara bagi artefak-artefak bersejarah Ponorogo sebelum dipindahkan ke museum permanen di Sampung.


Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengungkapkan bahwa pembangunan museum fisik di Sampung sudah hampir rampung. Tahap pemasangan last puzzle atau penempelan potongan terakhir Monumen Reog pada Senin, 11 Agustus 2025. “Artinya, ketika bangunan sudah rampung, tinggal menata dan mengisi museumnya,” kata Kang Giri –sapaan Bupati Sugiri Sancoko saat meresmikan Museum Peradaban Transit bersamaan dengan Kenduri Tirakatan Umbul Donga di Pendoopo Agung, Minggu (10/08/2025) malam.

Menurut Kang Giri, pembangunan fisik Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) di Sampung perlu segera dibarengi dengan pengisian koleksi. Oleh karena itu, memikirkannya secara terbuka mengajak masyarakat untuk menyerahkan koleksi pribadi yang terkait dengan narasi sejarah peradaban Ponorogo untuk mengisi museum. “Ada museum transit, sudah beberapa artefak yang terkumpul tapi masih seperseribu dari koleksi yang kita butuhkan,” terangnya.

Kang Giri meminta masyarakat tidak perlu ragu membagikan koleksi pribadi ke museum. Mulai keris, kitab kuno, atau benda-benda lain yang menyimpan sejarah tentang Ponorogo. Koleksi-koleksinya tidak hanya menjadi warisan, melainkan bahan terbuka untuk generasi mendatang. “Kalau diserahkan kepada negara, maka maknanya akan lebih tinggi. Bukan diserahkan kepada Sugiri Sancoko tetapi dihibahkan kepada masa depan anak cucu yang kita cintai bersama-sama,” jelasnya.

Bupati dua periode itu juga menyoroti pentingnya museum dalam menyebarkan sejarah Ponorogo yang selama ini sering kali berdasarkan folklore (cerita yang berkembang di masyarakat) semata. Kang Giri berharap koleksi museum peradaban yang sekarang ini masih disiapkan di museum transit dapat menjadi sumber literasi yang valid. Masyarakat Ponorogo akan memahami bahwa leluhur mereka sudah adi luhung dan beradab. “Bangsa yang keliru dalam sejarahnya akan bingung. Mari bangkit bersama dari kepikunan sejarah dan bangkit bersama dari keseluruhan sejarah. Kita mulai dari sekarang,” tuturnya.

Masih kata Kang Giri, fungsi museum transit tidak hanya menjadi tempat penampungan sementara tetapi juga pusat penelitian dan digitalisasi. “Gunanya museum transit pertama adalah untuk mengumpulkan koleksi-koleksi, yang kedua untuk menarasikan, yang ketiga untuk mentransfer ke digital untuk bahan penelitian dan penelitian,” paparnya.


Tim yang terdiri dari arkeolog, sejarawan, penulis, editor, hingga juru kamera, akan bekerja sama menarasikan setiap artefak. Dengan demikian, museum permanen bukan hanya menyimpan koleksi. Melainkan menjadi sumber ilmu yang dapat diakses secara digital. Nantinya, museum akan memuat sejarah yang lengkap, mulai dari pertanian, pendidikan, agama, ilmu pengetahuan, hingga transportasi. Semuanya mencakup peradaban Ponorogo dari masa lalu, sekarang, hingga masa depan. (wartakotakita/eh)

0/Post a Comment/Comments