Pertunjukan tersebut merupakan bagian dari acara bersih desa yang setiap tahun menarik ratusan warga. Sejak pagi, masyarakat sudah memadati area pertunjukan. Namun ketika salah satu bagian tarian mencapai puncaknya, diiringi tabuhan gamelan keras dan gerakan pemain Jaranan yang makin intens, beberapa penonton tiba-tiba menjerit dan terjatuh.
“Awalnya hanya satu perempuan muda yang tiba-tiba menangis dan berteriak, lalu disusul beberapa orang lain. Ada yang menari sendiri, ada juga yang seperti kehilangan kesadaran,” tutur Siti Rohmah (39), warga yang menyaksikan langsung kejadian tersebut.
Panitia langsung menghentikan jalannya pertunjukan. Pawang yang bertugas kemudian memimpin ritual penyadaran dengan air bunga dan doa-doa khusus. Setelah sekitar 20 menit, sebagian besar penonton yang kesurupan berhasil sadar. Beberapa lainnya dibawa ke balai desa untuk menenangkan diri.
Pawang Jaranan, Mbah Bo (62), menjelaskan bahwa kejadian kesurupan siang hari bukan hal aneh. “Matahari memang terik, tapi saat gamelan ditabuh dengan irama tertentu, alam gaib tetap terbuka. Biasanya, penonton yang tidak ikut ritual awal mudah terbawa suasana spiritual,” ungkapnya.
Peristiwa ini menjadi bahan pembicaraan warga desa hingga sore hari. Meski demikian, masyarakat tetap menganggap kejadian tersebut sebagai bagian dari dinamika spiritual dalam kesenian Jaranan, yang sejak lama diyakini memiliki hubungan erat antara dunia nyata dan dunia gaib.
#Jaranan #Ponorogo #KesenianTradisional #BudayaJawa #Kesurupan #WartaKotaKita #BeritaDaerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar